Halo, Sobat
Pertiwi! Kali ini saya balik lagi
membawa kabar gembira untuk kita semua... Karena post kali ini intensif
mengenai materi PKLH (untuk info lebih klik disini). Kemarin, saya sudah
membahas mengenai limbah. Sobat belum baca? Coba deh klik disini. Nah, kenapa saya fokus pada pengolahan limbah?
Limbah telah menjadi salah satu ancaman bagi lingkungan kita dan memberikan
dampak yang luar biasa bagi lingkungan antara lain, reduksi fungsional beberapa
komponen lingkungan baik alami atau buatan. Perlu pengelolaan yang sistematis
dan terencana. Okedeh... Yuk kita baca!
Pengolahan Limbah
Limbah industri sebelum dibuang
ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di
suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang
ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat
setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk
keperluan industri sendiri. Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau
serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan,
kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi
keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam
lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
Teknologi
dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air
bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik,
mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun
demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.
Dalam
melakukan usaha pengawasan yang diikuti dengan usaha pencegahan pencemaran air,
harus dititikberatkan pada pengontrolan sumber pencemarannya. Ada dua bentuk
sumber pencemar, yaitu sumber pencemar utama (point source) dan sumber
pencemar lainnya (non-point source). Sumber pencemar utama biasa-nya
berasal dari sumber polusi yang menyebabkan pencemaran kadar tinggi, yaitu dari
limbah pabrik maupun sarana pengolahan limbah. Sumber pencemar lainnya ialah
sumber polusi dengan kadar pencemar relatif rendah yang berasal dari
bermacam-macam sumber yang menyebar, misalnya dari lahan pertanian, rumah
tangga, peternakan, dan sebagainya.
Gambar 1.1 Pembuatan pupuk organik cair |
Usaha
Pengontrolan dari Sumber Pencemaran Utama (Point)
Sarana
pengolahan limbah dalam kebanyakan negara yang sedang berkembang dan beberapa
negara yang sudah maju terkadang tidak dilengkapi dengan perlakuan khusus. Pada
kebanyakan Negara maju sarana pengolahan limbah dilengkapi dengan pemurnian air
limbah yang melalui beberapa tingkat. Di daerah permukiman biasanya limbah yang
berupa tinja ditampung dalam septic-tank, setiap rumah mempunyai septictank
tersendiri. Limbah rumah tangga lainnya dibuang melalui selokan, terkadang
limbah padat lainnya dibuang melalui selokan atau tempat sampah yang sering
tidak terurus.
Dengan
demikian dalam pengontrolan sumber pencemar utama (point) tersebut semua
limbah cair ditampung dalam satu atau beberapa tempat penampungan tiap kelompok
dalam satu area (misalnya daerah industri atau perkotaan). Kemudian diadakan
perlakuan bertahap, misalnya diendapkan dan kemudian didesinfeksi, baru
dibuang. Dalam suatu lokasi daerah urban yang besar seperti kota mandiri atau
suatu kompleks perumahan atau real estate, limbah cair dari perumahan,
perkantoran, dan pabrik dialirkan dalam suatu system kerja (network)
melalui pipa saluran limbah dan ditampung dalam sarana pengolahan limbah yang
besar tetapi di sini terjadi permasalahan dalam system kombinasi saluran limbah
tersebut, yaitu bila terjadi hujan yang lebat dan lama. Air yang mengalir akan
melebihi kapasitas penampungan saluran tersebut 100 kali lebih besar daripada
yang dapat ditampung dalam sarana pengolah limbah, sehingga kelebihan air yang
meluber sebelum diolah akan masuk ke dalam air permukaan.
Pengolahan
Limbah Cair
Bilamana
semua limbah sudah masuk ke dalam bak atau kolam penampung akhir, limbah
kemudian diolah melalui tiga tingkat penjernihan. Tingkat penjernihan ini
bergantung pada tipe pengolahan dan derajat kotoran limbah tersebut. Tiga
tingkat pengolahan limbah berdasarkan derajat kekotorannya di klasifikasikan
sebagai berikut.
a)
Pengolahan limbah primer: pengolahan limbah
secara mekanik dengan jalan menyaring kotoran kasar, seperti penggunaan batu, potongan
kayu atau pasir, kemudian suspensi padat di endapkan. Bahan kimia terkadang
perlu di tambahkan untuk mempercepat pengendapan.
b)
Pengolahan limbah sekunder: pengolahan limbah
yang melibatkan proses biologi dengan menambahkan bakteri aerobik sebagai tahap
pertama untuk mendegradasi limbah organik. Proses ini dapat menghilangkan 90%
limbah organik yang mengkonsumsi oksigen. Beberapa sistem menggunakan filter
sehingga cairan yang di filter menetes-netes. Bakteri aerobik mendegradasi
melalui saluran tangki yang besar dan telah di isi bebatuan kecil dan di lapisi
oleh bakteri dan protozoa. Sistem lain yaitu dengan peroses pemompaan limbah lumpur
ke dalam tangki yang besar; di situ dicampur dengan lumpur yang mengandung
banyak bakteri dan diberi aerasi oksigen, sehingga akan meningkatkan proses
degradasi oleh mikroorganisme tersebut. Cairan kemudian dialirkan ke dalam bak
dan didigesti dengan digestor anaerobik.
Pengolahan
Limbah Lanjutan
Beberapa
jenis bahan kimia dan fisik yang masih tertinggal setelah pengolahan limbah
primer dan skunder walaupun dalam jumlah sedikit, sehingga perlu dilakukan
system pengolaan limbah yang lebih baik. Model pengolahan limbah lanjutan
bervariasi tergantung pada bentuk komunitas dan industri yang bersangkutan.
Pada percobaan
pendahuluan terlihat bahwa air limbah dari pengolahan skunder dapat lebih
dimurnikan lagi dengan disalurkan melalui saluran pipa yang panjang dan
ditumbuhi oleh tanaman air seperti hyacinth. Tanaman tersebut dapat
mengambil bahan kimia organik toksik dan komponen logam yang tidak dapat
diambil oleh sistem pengolahan limbah primer dan skunder. Tahap akhir
pengolahan ini ialah melakukan desinfeksi air sebelum dibuang ke sungai atau ka
laut atau digunakan untuk pemupukan. Proses desinfeksi dilakukan dengan
klorinasi, tetapi masalahnya ialah klorin bereaksi dengan bahan organik yang
berada dalam limbah atau dalam air permukaan, seperti bentuk senyawa kloroform
yang merupakan bahan kimia penyebab kanker (karsinogenik). Disamping itu,
beberapa penelitian pendahuluan menyatakan bahwa air minum yang mengandung
klorin 1% dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, dapat menimbulkan
resiko terjadinya peyakit jantung. Beberapa macam bahan desinfektan dicoba
untuk digunakan seperti ozon dan sinar ultravioalet, tetapi memerlukan biaya
yang lebih mahal dari pada desinfektan klorin.
Sekian post dari saya, terima kasih. Jangan
lupa kunjung lagi ya! Join this site by click “Join this site” button on the
footer of this blog. Dan tak lupa klik iklan di sidebar kanan ya. Sobat Pertiwi
tak lupa Indonesia: Jaga, Cintai, dan Lestarikan! Follow up: @devaraadhika_
Sumber: Buku PLH
Kelas X SMA
keren keren, pos ini bermanfaat banget...
ReplyDeleteTerima kasih atas komentar Anda sobat :-)
Deletebagus sekali artikelnyaa
ReplyDelete