Lingkungan, Panas Bumi, dan Kebutuhan Energi Indonesia

Hai sobat, Pertiwi! Huft.... melelahkan sekali sepertinya sudah setahun lebih atau bagaimana—karena waktu merupakan dimensi yang relatif—melepas masa SMA dan kini tiba juga mengangkat titel mahasiswa. Kinda crazy. Nah, seperti agak irrelevant jika membahas sepenuhnya mengenai lingkungan di masa perkuliahan penulis, namun penulis, saya, mencoba mengkaitkan lingkungan dengan energi. Yak... Penulis sedang kuliah di bidang keenergian.

            Sebenarnya ini hanya sebuah intermezzo mengenai detail penjelasannya tunggu saja penulis hingga lulus sarjana agar ilmunya layaknya sang guru wkwkwk.

            Tak hanya Indonesia, bahkan seantero dunia pun memiliki masalah yang sama yaitu lingkungan dan global warming. Mungkin masalah itu akan terus melekat hingga anak cucu kita. Agaknya kita harus mampu meski sedikit untuk memangkas masalah tersebut. Sumber-sumber energi terbesar yang selama beberapa dekade terakhir yang kita gunakan umumnya berasal dari energi fosil. Energi fosil merupakan energi dalam bentuk apapun yang berasal dari fosil-fosil yang digunakan untuk kemaslahatan manusia. Contoh energi fosil yang popular adalah minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Banyak sekali kegunaan dari yang kita sebut bahan bakar fosil ini. Kendaraan bermotor, pembangkit listrik, kebutuhan rumah tangga memerlukan bahan bakar jenis tersebut. Namun, bahan bakar fosil ini sangat menimbulkan masalah.

            Bahan bakar fosil umumnya berupa hidrokarbon atau senyawa karbon lainnya. Hidrokarbon adalah zat yang tersusun dari rantai karbon dan hidrogen. Senyawa karbon secara umum biasanya mengandung gugus fungsi tertentu atau unsur-unsur lain selain hidrogen. Nah, apabila senyawa karbon atau hidrokarbon dibakar akan menghasilkan substansi rumah kaca yang berupa karbon dioksida dan uap air atau air. Karbon dioksida merupakan penyebab efek rumah kaca dan pemanasan global utama. Maka dari itu, banyak ilmuwan yang menyarankan penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan mendukung untuk beralih ke bahan bakar ramah lingkungan.

            Indonesia apalagi. Negara dengan 200 juta manusia yang mendiaminya dengan persentase penduduk usia produktif yang tinggi, kesulitan dalam memecahkan masalah ini. Dengan pertambahan penduduk yang selalu meningkat secara eksponensial, kebutuhan akan energy juga meningkat. Bila kita tanggapi hal ini secara konvensional, tentu akan berakhir pada peningkatan kebutuhan akan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi yang kita butuhkan, contohnya energi listrik. Pemerintah Indonesia yang penulis dengar memasang target 35000 megawatt untuk kebutuhan listrik Indonesia saat ini. Cmiiw. Bagaimana hal itu dapat diatasi tanpa harus memicu masalah lingkungan? PLTA, PLTU? Air dan penguapan air laut belum cukup.

Energi Panas Bumi

Geothermal site

            Apa itu Panas Bumi? Panas bumi merupakan energi panas yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi (di bawak permukaan bumi). Energi panas tersebut secara alami ada di dalam Bumi sejak terbentuknya planet ini dan umumnya dihasilkan dari peluruhan zat radioaktif di dalam bumi. Energi panas ini begitu besar dan mengalir secara konveksi (berputar-putar) di bawah permukaan sesuai gradien panas bumi. Di permukaan bumi, manifestasi dari energi panas bumi dapat berupa gunung berapi, geyser, atau pun fumarol, lumpur panas, kolam air panas.

            Manifestasi dari panas bumi di permukaan terbentuk akibat adanya tumbukkan lempeng. Kita tahu bahwa permukaan bumi bagian litosfer terbagi akan 12 lempeng yang aktif bergerak. Pada saat dua lempeng bertumbukan, salah satu lempeng akan tersubduksi ke bawah lempeng yang satunya. Semakin ke bawah, temperatur makin meningkat hingga cukup panas untuk melelehkan batuan yang kemudian membentuk magma. Magma ini kemudian naik ke permukaan melahirkan gunung merapi atau terjebak dalam batuan induk dan memanaskan tanah atau air tanah di sekitarnya sehingga terbentuk geyser. Sehingga bisa dikatakan bahwa energi panas bumi terkonsentrasi pada hubungan antara dua lempeng. Indonesia terletak pada area ring of fire. Area dimana terdapat tumbukan tua lempeng yang menghasilkan pengunungan berapi. Di sinilah energi panas bumi banyak terkumpul.

Ada apa dengan energi Panas Bumi?

            Energi Panas Bumi sangat besar! Dengan penanganan yang tepat, energi tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan listrik dengan hasil yang sangat besar, bermega-megawatt. Sekitar 11.700 megawatt pembangkit listrik tenaga panas bumi online pada tahun 2013. Dan kini, tentunya sudah meningkat angka tersebut.

            Selain itu, energi ini merupakan energi yang sustainable dan stable. Disebut sustainable karena energi ini akan tetap eksis mulai dari planet Bumi lahir hingga planet ini tinggal cerita. Disebut stable, karena keluaran energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik energi panas bumi bisa diprediksikan dengan cukup akurat.

            Energi panas bumi sangat ramah lingkungan. Tidak seperti bahan bakar fosil, energi ini hanya menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca yaitu karbon dioksida. Gas dalam kadar sangat sedikit itu pun merupakan gas alami yang keluar dari reservoir bukan dihasilkan oleh proses produksi. Penggunaan pipa dan pompa dengan teknologi canggih serta material tahan karat dan tahan panas tidak akan mempengaruhi air tanah. Sehingga energi ini juga tidak mempengaruhi air tanah. Selain itu, pembangkit dapat dibangun pada lahan reservoir yang tidak begitu luas. Sebab, beberapa sumur reservoir dapat dibangun pada satu lahan saja. Sehingga, pembangkit energi panas bumi hemat tempat.

            Sudah dijelaskan di atas, bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi panas bumi ini terkait kondisi geografisnya. Selain itu, dengan keuntungan dan kelebihan yang diberikan oleh energi panas bumi ini, terutama yang terkait lingkungan, tentu energi panas bumi mampu menyelesaikan masalah lingkungan. Nah, sayangnya, orang-orang Indonesia yang bekerja di bidang ini belum cukup banyak. Alias SDM belum memadai. Juga, duit yang dibutuhkan untuk membangun reservoir panas bumi dengan advanced technology juga cukup besar. Yah, itu hanya masalah rakyat yang menentukan. Namun, mengapa kita begitu pelit uang hanya untuk membuat planet dan seluruh isinya ini sengsara baik untuk masa kini maupun masa depan? Mungkin sobat Pertiwi sendiri yang bisa menjawabnya.

            Oke, sekian. Capek juga ngetik sepanjang ini. Next.... abis lulus kuliah kali yeee.... bakal penulis bikin post lebih lanjut mengenai lingkungan, panas bumi, dan kebutuhan energi Indonesia. Jangan lupa sobat Pertiwi berkunjung lagi, dan share kebaikan ini!

Ditulis asli oleh Devara Adhika Jala Putra
Institut Teknologi Bandung